Assalamu’alaikum.Warahmatullah
Alhamdulillah dengan segala kasih sayang-NYA Allah
masih memberikan saya nikmat sehat dan sempat karena pada kesempatan kali saya
akan berbagi sedikit pengalaman yang nantinya diharapkan dapat dijadikan
mau’idzatul hasanah sekaligus mencari ibrohnya .
Tulisan
ini saya khususkan kepada saudara-saudara seperjuangan saya yakni mahasiswi dan
mahasiswa di negeri tercinta ini .Kita sudah mendapatkan yang namanya gelar
“Mahasiswa” bukan lagi sebagai “Siswa” ,gelar yang begitu didamba oleh mereka
yang ditelantarkan di jalanan kota. Gelar itu sangat dicita oleh mereka yang
mendamba ilmu namun tak mampu untuk merasakan manisnya pendidikan. Ia membuat
mereka yang diterima atau tidak menjadi mahasiswa meneteskan bulir-bulir air
mata dan kita sudah harus menyadari hal itu bahwa gelar yang kita pakai akan
mengantarkan kita kepada tanggung jawab kita jauh lebih besar dan perjuangan
yang jauh lebih berat dari pada kita sebagai siswa dulu,oke kita dulu masih
bisa merengek-rengek dihadapan orang tua,mulai dari seragam,sepatu,tas harus
disiapkan orang tua,ingat sekarang kita sudah mahasiswa sudah tidak jamannya
lagi harus disuapin orang tua terlebih kita yang sebagian besar adalah anak
rantau apa-apa harus disiapkan sendiri dan seakan-akan kita sekarang sudah
terlepas dari tanggung jawab orang tua oleh karenanya bukan lagi orang tua yang
jadi bagian teman nongkrong kita,teman curhat,teman main melainkan hari-hari
kita dilalui dengan teman-teman kampus kita,nah disitulah titik permasalahan
yang akan singgung dipembahasan selajutnya.Ketika kita sudah menjadi mahasiswa
maka masa depan kita ada pada diri teman kita bukan lagi orang tua ,guru maupun
kerabat lainnya, ketika kita berada dilingkungan yang buruk maka percayalah
masa depan akan tampak telihat suram akan tetapi ketika kita berada
dilingkungan yang baik maka masa depan akan tampak terlihat cerah.Masa-masa
mahasiswa adalah masa-masa yang rawan ,rawan menuju kehancuran,rawan menuju
kegoyahan tepatnya menuju ke arah degradasi moral dan iman dan hal ini sudah
dialami sendiri oleh rekan saya sebut saja dia Anis,singkat cerita darinya
seperti ini
”Aku terlahir dari sosok ibu yang begitu kuat begitu hebat begitu lembut
begitu luarbiasa dalam membimbingku,mendidikku,membinaku hingga aku besar
seperti ini seakan-akan sudah menjadi orang sempurna atas didikannya ,aku yang
diajarkan mengenal Tuhan sejak aku masih dalam rahimnya,aku yang selalu dalam
gendonganya dengan alunan sholawatnya , tidakkah aku iri dengan mereka yang
bermain-main bersama-sama sedang aku masih dalam tahanan ibu ayah untuk
mengenal sholat ,mengenal apa itu halal haram?tidakah aku waktu itu masih
terlalu dini untuk aku ketahui?Allahu Akbar,inilah hikmahnya.Dengan
prinsip-prinsip keislaman yang sudah sejak dini melekat pada diriku hingga aku
harus berpikir ribuan kali untuk melakukan suatu hal karena ketakutanku akan
murkaNYA,itulah hikmah penanaman prinsip dan karakter sejak dini yang nantinya
akan terus melekat sampai dirinya mulai goyah akibat pengaruh dari luar.Dan
kegoyahan itu sudah aku alami ketika aku menginjak sekolah menengah atas
,saat-saat dimana aku mengalami kritis iman,saat-saat itulah aku mengenal
seoarang ikhwan lebih dekat dengan segala konsekuensi yang saya alami yang
akhirnya membuat aku terpuruk karenanya ,disitulah aku seperti buta hati ,tidak
bisa membedakan yang haq dan yang bathil yang tampaknya sebuah kebenaran namun
sebenarnya ia adalah kebatilan yang dikemas dalam bentuk yang berbeda dan
keterpurukan itu semakin menyiksaku ketika aku sudah menginjak perkuliahan
.Banyak sekali ujian yang aku alami dimulai aku menginjak dunia
perkuliahan,mulai dari jauh dari orang tua,di akademik seperti tugas-tugas yang
begitu banyak yang harus diselesaikan
dan lainnya ,kegiatan-kegitan komunal,belum bisa move on juga dengan si
ikhwan lebih tepatnya mantan pacar yang mana satu jurusan denganku ,aku juga
sudah sering menghilangkan barang-barang pemberian orang tua ,dan aku yang
dulunya dibilang rajin dan disiplin malah kurang fokus dan kurang disiplin,aku
yang terbiasa aktif di bangku sekolah malah sering molor di bangku kuliah
sehingga tugas-tugaspun keteteran,otak seakan-akan sudah buntu sehingga
terkadang membuatku sulit menangkap ilmu dari luar,tidak bisa menejemen waktu dan
yang paling aku sesali yaitu akhir-akhir ini aku seakan-akan sudah jauh dari
Allah ,sudah jauh dari agama,ntah banyak sekali kontradiksi yang aku rasakan
setelah aku menginjak di perkulihan ini sedang tujuan utamaku dikampus ini
dengan mengahrap ridhoNYA yaitu membawa kabar baik nantinya untuk orang tua di
rumah namun kenyataannya aku sudah mengecewakan orang tua tercintaku sehingga
membuatku mulai menyerah dengan hidup ini,ingin berhenti kuliah bahkan berkeinginan
buat pindah ke universitas islam supaya aku bisa mengenal Allah dalam entah aku
ini seperti orang egois ,aku yang setiap hari menangisi keadaan seakan-akan aku
menyalahkan Allah entah saudara mana yang pernah aku dzolimi sehingga doanya
benar-benar melesat kepadaku dan entah syaitan mana yang merasuki tubuh dan
pikiranku sehingga aku pernah berpikiran ingin mengakhiri hidupku
segera..Yaa..Allah..Na’udzubillah(jauhkan aku dari murkaMU),aku seakan-akan gak
punya iman,entah kenapa pikiranku melenceng munuju kekafiran,sungguh petaka
besar hingga aku bisa berpikiran sebodoh itu.”
Akhir cerita begitulah,dari cerita
tersebut tentunya banyak pelajaran yang bisa kita ambil,kita sebagai mahasiswa
harus sudah siap lahir batin menghadapi kerasnya dunia kampus,namun disamping
itu kita juga perlu adanya sosok teman maupun sahabat untuk memompa semangat
kita kala sudah kendor ,bertemanlah dengan orang-orang yang beriman karena
dengan lewat perantara mereka atas izin Allah iman kita bisa bangkit kembali.
Allah menciptakan kita tidak sendiri,tidakah kita ketahui bahwa nabi Adam
as diciptakan Allah dengan ditemani siti Hawa?jadi janganlah kita membebankan
masalah kita untuk diri kita sendiri berbagilah dengan saudara-saudara kita
yang lain karena Allah sudah menitipkan banyak saudara untuk bisa merangkul
kita,kita bersaudara ibarat satu tubuh ketika kaki kita sakit maka tangan kita
yang memijatnya.Jika kita tidak bisa berbagi permasalahan kita dengan orang
lain,bukankah Allah adalah sebaik-baik teman?maka curhatlah kepada Allah tuangkan
semua keluh kesah kita karena sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pendengar
dan pemberi jalan keluar atas setiap permasalahan dan janganlah kita sekali-kali
menyalahkan kehendak Allah karena apa yang kita peroleh adalah asalnya dari
kita sendiri ,dari kita dan untuk kita,ketika Allah memerintahkan kita sholat
bukan berarti Allah membutuhkan sholat kita melainkan kita membutuhkan Allah
karena itu melalui sholat kita dapati nikmatnya sehat,dari zakat kita dapati
bertambahnya rizqi jadi semua itu timbal baliknya kepada diri kita sendiri oleh
karena itu janganlah sekali-kali berburuk sangka kepada Allah,berhusnudzanlah
kepadaNYA karena rencana Allah jauh lebih indah dan lebih baik dari apa yang
kita harapkan dan kita sangkakan”Al-khair mukhtAllah” dan Allah tidak akan
menguji hambaNYA diluar batas kemampuannya,percayalah akan janji Allah bahwa
setiap kesulitan pasti disertai kemudahan,ketika Allah memberi satu masalah
maka Allah sudah siapkan dua jalan keluar ,motivasi yang kuat ada pada diri
kita ,kita akan menjadi sebagaimana yang kita pikirkan sebagaimana yang Allah
firmankan di dalam hadist kudsi”Aku berada pada prasangka hambaKU” dan janji
Allah itu pasti .dan juga jangan sekali-kali mengira Allah tidak adil kepada
kita kala kita ditimpa musibah karena mungkin saja itu adalah cara Allah
menyayangi kita,cara Allah meninggikan derajat kita dan jika dapati musibah itu
adalah sebuah teguran maka jadikanlah semua itu sebagai langkah awal agar kita
kembali lagi ke jalanNYA ,bermuhasabah,dan benahi diri kita bukan malah kita
berputus asa dari rahmatNYA,ingatlah bahwa bahwa ampunan dan kasih sayang Allah
itu lebih luas dari murkaNYA jadi jangan sekali kita tinggalkan iman kita.Jaga
dan pompa selalu iman kita karena kita sewaktu-waktu iman kita akan
mengendor,iman kita bisa kritis karena berbagai faktor,lantas apakah kita
mau,kita mati pada saat itu tidak membawa iman ?padahal mati tidak membawa iman
maka tidaklah ada jaminan baginya masuk surga melainkan hanya angan-angan
saja,jadi sekali istiqamahlah di jalanNYA ,selalu berwaspada ,jika kita sadari
iman kita mulai memudar maka segeralah kembali kepadaNYA jangan menunggu sampai
hati sudah mati.
Sebagai mahasiswa yang diamanahi
Allah,kuatkan keimanan kita dan jadikanlah Al-Quran dan As-sunah sebagai
penuntunmu,sering-seringlah mengikuti kajian dan mentoring supaya bisa menambah
wawasan dan pemahaman kita karena keimanan seseorang bisa meningkat lantaran
ilmu.Kita sudah jauh dari orang tua,kita di dunia kampus akan lebih sering
beriteraksi dengan teman-teman kampus kita,kita akan dihadapi seks bebas,hidup
berglamour,dan bisakah kita hadapi itu?semua kembali kepada diri kita karena
hidup adalah pilihan. Fastabiqul khairaat J