Sabtu, 03 Oktober 2015

MENYIMPAN SUATU KEBENCIAN SAMA HALNYA MENYIMPAN PENYAKIT

Sekuat batin ini,setegar hati ini,setabah perasaaan ini,sebesar jiwa ini sebesar itulah aku pertahankan pengorbanan ini namun tidaklah aku sehebat Siti Khodijah,setabah Siti Fatima,setegar Siti Aisya,aku hanya wanita akhir zaman yang  berusaha menjadi wanita muslimah yang masih berjalan dalam alur syariat islam yang haqiqi agar bisa menjadi muslimah teguh dalam cobaan hidup walau tidak sehebat mereka.Saat-saat dimana dalam diri ini kosong keimanan,disaat itulah aku menanyakan  takdir”kenapa Allah beri aku hati dan akal pikiran?”sedang aku terlalu lemah mengendalikan hati.
Setiap orang pasti pernah merasakan ketidaksukaan terhadap sesuatu dan itu sudah pasti,permasalahannya bagaimana jika ketidaksukaan terhadap sesuatu yang dimaksud itu adalah sejenis dari kita sendiri?yakni sesama hamba Allah.Dan itulah aku,aku yang terus berjuang membuang perasaan hina ini ,aku lelah dengan perasaan ini,perasaan yang semakin-hari semakin membuatku dalam keadaan ketidak tenangan ,namun kendala besar terus ada yaitu pikiran akan ingatan yang  tak kunjung buntu,selalu teringat bagaimana dulu saudara seimanku khilaf akan hal yang seharusnya tidak terjadi,khilaf melampaui batas hingga harus mengorbankan perasaan orang lain dan penyebab itulah aku merasakan trauma amat besar dan hingga sekarang belum ada tanda-tanda pemulihan, terkadang di suatu waktu aku seperti merasakan adanya perang yang berkecamuk antara hati dan pikiran.
Namun tidak sadarkah aku bahwa aku bukan apa-apa tanpa adanya rahmat dari Allah,tidak sadarkah aku dengan semua janji-janjiNya yang sudah pasti dan sudah jelas di firmanNya,bahwa Allah menciptakan aku dalam bangsa manusia yang punya hakikat dan tujuan hidup yang jelas. Bagaimana mungkin aku harus menagisi keadaan bukan atas karena Allah,bagaimana mungkin aku melangkahkan kaki ini ke segala penjuru bukan atas tujuan karena Allah dan bagaimana mungkin aku harus hidup hanya untuk memperumit masalah,sejenak aku mulai berpikir.aku diciptakan olehNya dan aku akan kembali kepadaNya.lantas apakah aku masih belum sadar bahwa aku bisa bergerak bukan dengan sendirinya bahwa air mata ini mengalir bukan dengan sendirinya dan suatu permasalahan juga tidak datang dengan sendirinya.Aku ini siapa?dalam sujud ,saat kepala ini kusungkurkan mencium tanah dimana aku diciptakan darinya ,aku sadar aku bukan apa-apa. dalam sujud ,saat kepala ini kusungkurkan mencium tanah dimana aku diciptakan darinya ,aku sadar aku hamba yang sangat lemah. dalam sujud ,saat kepala ini kusungkurkan mencium tanah dimana aku diciptakan darinya ,aku sadar aku adalah hamba yang sangat hina dihadapanNya,lantas aku masih mencokkan kepalaku diatas muka bumi ini? ,Yaa Allah aku hambaMu mengakui kehinaan hambaMu ini,dalam diri ini masih ada penyakit ,penyakit yang amat melekat pada hati yang Engkau amanahi ini.tidak sepantasnya aku menyimpan kebencian terhadap saudaraku sendiri,apakah pantas ciptaanMu menerima kebencian ini dariku? Padahal hamba sendiri juga makhlukMu, aku dengannya diciptakan sama,sama-sama memiliki hati,perasaan, tapi aku masih tidak tahu diri,aku bersikap dzolim terhadapMu,terhadap ciptaanMu..berpikir sejenak,tidaklah Allah menciptakan sesuatu hanya sia-sia kecuali prasangka orang kafir,hati dan akal pikiran mulai terbuka,Allah yang memberi masalah dan Allah pula yang memberi jalan keluar .walaa haula wa laa quwwata illaa billah,dalam keyakinan ini dengan doa yang tulus agar Allah memberikan yang terbaik untuknya ,berbagi kebaikan walau dari hal kecil sekalipun seperti  senyuman ala baginda Rasulullah ,aku benar-benar yakin melalui proses ini perasaan hina ini akan luntur dengan sendirinya namun sepertinya belum lengkap jika tidak diberi suatu penghargaan ibarat pakaian yang dicuci namun belum disucikan yakni penghargaan disini bermaksud tanda bahwa yang bersangkutan sudah mulai memaafkan karena hidup itu mencari Ridho ilah bukan mencari masalah dan sebentar lagi kita akan segera dipanggil olehNya untuk mempertanggung jawabkan semua masalah.
Saat-saat inilah aku merasakan manisnya ketentraman dan ketenangan dan begitulah cara Allah membimbingku ,Allah yang setiap kali mengingatkanku”innaa ma’al ‘usri yusraa fainna ma’al ‘usri yusraa”,Allah yang setiap kali membisikanku “laa takhaf wa laa tahzan,sesungguhnya Aku bersamamu”..
Ada banyak hikmah yang bisa saya ambil.
1.Allah memberi kita permasalahan bukan berati Allah menghukum kita akan tetapi hal itu bisa jadi adalah cara Allah untuk mendekatkan kita denganNya.
2.hadapi semua permasalahan dengan senyuman dan karena Allah.
3.jadikan sesuatu yang tidak kamu sukai sebagai alat atau pemancing datangnya suatu pahala.
4.biarkan dirimu berpikir sejenak,merenung.
5.Allah memberi kita hati bukan untuk menyimpan penyakit melainkan bisa merasakan manisnya ketenangan dan ketentranman.
6.Allah memberi kita akal pikiran supaya kita tidak akan pernah berhenti berpikir bahwa rahmat dan pertolongan Allah selalu selalu ada dan pasti akan datang dari mana saja.
 BER"HUSNUDZAN"LAH KEPADA ALLAH ! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar